Jumat, 06 Desember 2013

Misteri Fenomena Poltergeist yang Menggemparkan

066.jpg
Sejak lama kita telah mengenal adanya fenomena aneh seperti rumah hantu, pertanda-pertanda kemunculan hantu dan sebagainya. Poltergeist bisa dikatakan membawa kejadian-kejadian aneh tersebut.
Seperti dikutip dari apakabardunia.com, poltergeist dalam bahasa Jerman diterjemahkan sebagai “roh yang berisik” atau “hantu yang berisik”. Parapsikolog menyebut fenomena ini sebagai “Recurrent Spontaneous Psychokinesis” (RSPK). Namun, fenomena apakah sebenarnya poltergeist itu? Bisakah dinalar secara logika?
Fenomena Poltergeist memiliki beberapa karakteristik umum antara lain:
1. Barang-barang yang bergerak sendiri, bahkan benda-benda yang berat.
2. Pintu dan jendela yang dibuka/ditutup oleh mahkluk tak kasat mata.
3. Suara erangan, jeritan, ledakan, tumbukan, goresan, ketukan di lantai, pintu, dan dinding.
4. Langkah-langkah berat.
5. Tempat tidur yang bergetar.
6. Bau busuk.
7. Kebakaran misterius.
8. Gangguan fungsi peralatan listrik.
9. Penampakan dan bahkan serangan fisik.
10. Lemparan batu, bata, bahkan kotoran.
Tanda pertama yang biasanya muncul dalam kejadian poltergeist adalah lemparan batu, rumah-rumah korban dibombardir oleh batu atau bata kadang selama beberapa hari atau bahkan minggu sebelum fenomena tak terjelaskan yang lain muncul. Aktivitas poltergeist sangat mungkin menjadi dalang kekacauan di Rumah Hantu Amityville.

Poltergeist dalam Sejarah
Sebuah point yang sangat penting tentang fenomena poltergeist adalah bahwa fenomena ini telah muncul sepenjang sejarah dalam banyak budaya dan umumnya memiliki karakteristik yang sama.
Sejarawan pada abad pertama Yahudi, Josephus, menggambarkan fenomena “kepemilikan” yang saat ini lebih dikenal sebagai poltergeist.
Jacob Grimm, menulis dalam bukunya Deutsche Mythologie, menjelaskan sejumlah kasus, termasuk didalamnya kejadian mengenai batu-batu yang dilemparkan, orang ditarik keluar dari tempat tidur, terdengar ketukan dan suara keras, dll.
Pendeta dan penulis Giraldus Cambernsis menggambarkan sebuah rumah di Pembrokshire yang dihuni roh jahat, dikatakannya banyak benda yang dilempar, pakaian yang dicabik-cabik, dan bahkan roh bisa bicara secara terbuka tentang rahasia-rahasia orang.
Selama beberapa ratus tahun terakhir, lebih banyak kasus terkenal yang terjadi, termasuk kasus ‘Tedworth Drummer’ di Inggris pada 1661, dimana sebuah drum yang dimiliki seorang pengemis yang sedang dipenjara, drum itu bermain sendiri.
Lalu diikuti fenomena lain seperti kursi yang dilempar, tempat tidur dengan pelayan di atasnya tiba-tiba terangkat, dan banyak suara menggaruk yang keras.

Kasus Enfield Poltergeist
2.jpg
Dua kasus modern yang terjadi adalah “Enfield Poltergeist” dan “Mackenzie Poltergeist”. Enfield Poltergeist adalah serangkaian kejadian poltergeist yang terjadi di Inggris antara agustus 1977 dan september 1978, ditambah ledakan pada Agustus 1980.
Fenomena itu terjadi di Enfield London utara disebuah rumah yang disewakan pada Peggy Hodgson, single parent dengan empat anak.
Selama waktu tersebut, furniture pindah sendiri, terdengar suara ketukan di dinding, mainan anak-anak dilemparkan dan menjadi terlalu panas jika disentuh, genangan air di lantai, angin dingin, serangan fisik, munculnya graffiti, malfungsi dan kerusakan pada berbagai peralatan, dan bermacam benda dilempar disekeliling rumah.
Setelah mengunjungi rumah tersebut, George Fallows, seorang reporter senior untuk Daily Mirror, menyarankan agar Society for Psychical Research (SPR) dipanggil untuk menyelidiki.
Serangkaian kejadian menegangkan pernah terjadi pada sebuah kasus yang dikenal sebagai poltergeist Mackenzie (dan konon masih terjadi) pada 1999 di Greyfriars Kirkyard, Edinburgh.
Peristiwa tersebut dipicu oleh seorang tunawisma yang bermalam di sebuah mausoleum milik Sir George Mackanzie yang meninggal pada tahun 1691.
Sir George Mackanzie selama hidupnya dikenal sebagai penganiaya haus darah dan aktivis Presbiteraian. Tunawisma tadi tidak sengaja membuat kerusakan di peti mati Sir Mackenzie, dan tiba-tiba ia berlari dan menjerit setelah menyaksikan terror di tempat tersebut.
Ia ditemukan oleh polisi dalam keadaan mengigau. Sejak saat itu banyak fenomena aneh pada malam hari bermunculan di Kirkyard dan area sekitarnya.

Kasus Mackenzie Poltergeist
3.jpg
Rumah di sekitar terganggu oleh benda-benda yang berterbangan. Sedangkan pengunjung situs sendiri mengalami perasaan panas atau dingin yang ekstrim, menderita luka dan memar dari penyerang yang tidak diketahui, tenggorokan mereka dicekik, mantel mereka ditarik, bahkan mereka bisa tak sadarkan diri oleh kekuatan tak terlihat.


Penjelasan Fenomena Poltergeist
Jadi apa yang menyebabkan fenomena poltergeist? Selain pengakuan palsu dan berlebihan yang meskipun berlaku untuk beberapa kasus, tidak berarti berlaku untuk semua.
Teori yang populer adalah poletergeist disebabkan oleh manusia, terutama gadis remaja. Para peneliti percaya bahwa remaja bermasalah secara tidak sadar memanipulasi obyek menggunakan psikokinesis, jenis energi yang dihasilkan otak.
Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Rhine Institut Parapsikologi di Duke University, Durham, North Carolina, aktivitas poltergeist adalah expresi fisik dari trauma psikologis.
Namun, penjelasan yang lebih natural sering menjadi penyebab dari fenomena poltergeist. Elektromagnetik Interference (EMI) telah ditemukan dibalik beberapa kasus poltergeist. Dan ada peningkatan jumlah bukti yang menunjukkan bahwa hal itu bisa menjelaskan lebih banyak kasus.
Mungkin pengetahuan tersebut bisa membantu menjelaskan kasus poltergeist seperti pada Eleonore Zugun dan Carol Compton (sang manusia api). Namun ini tidak menjelaskan bagaimana daya yang dihasilkan cukup untuk memindahkan benda-benda seperti furniture yang berat, atau ruang mandi dengan bebatuan, membuat objek muncul entah dari mana, atau memulai kebakaran.
Ada juga sejumlah kasus poltergeist pada orang yang tidak memiliki masalah psikologis sama sekali, ada juga fenomena poltergeist pada sebuah keluarga yang bahkan tidak ada remaja sama sekali didalamnya.
Lalu apa penjelasannya? Selain itu bahwa ada jutaan remaja bermasalah di seluruh dunia, tapi sebagian besar tersebut tidak menyebabkan aktivitas poltergeist. Peneliti lain telah menunjukkan bahwa entitas roh bertanggung jawab atas poltergeist.
Namun ‘roh’ secara ilmiah tidak bisa diselidiki, meskipun ada rekaman suara yang menarik dari kasus poltergeist Enfield. Namun, jika kita hitung, kejadian ekstrim yang diduga aktivitas poltergeist sendiri adalah berlebihan.
Meskipun demikian, sampai sekarang belum ditemukan penjelasan yang cukup meyakinkan untuk fenomena poltergeist. Kasus-kasus poltergeist secara signifikan menunjukkan karakteristik yang serupa selama periode waktu yang sangat lama dan dalam budaya yang sangat berbeda.
Keanehan dan ke-konsistennya mungkin membuat poltergeist menjadi misteri abadi yang tidak dapat dijelaskan.
Source : http://terselubung.in/misteri/misteri-fenomena-poltergeist-yang-menggemparkan.html
 

Misteri Hilangnya 11 Hari Pada Bulan September Tahun 1752


013.jpgPada bulan September tepatnya pada tanggal 2 tahun 1752 pernah terjadi keanehan yang luar biasa mengejutkan. Dari tanggal 2 september 1752 tersebut tak ada tanggal 2-13nya langsung melompat ke tanggal 14 September 1752. 11 hari menghilang secara misterius.Kehebohan ini terjadi di Inggris pada waktu itu. Para penduduknya heboh ketika terbangun keesokan harinya setelah tanggal 2 september 1752, mereka terkejut karna mereka terbangun pada tanggal 14 bukannya tanggal 3 September, kemana 11 hari yang hilang itu?? Apa mereka tertidur selama 11 hari lamanya? Lihat saja gambar kalender bulan September tahun 1752 dibawah ini yang dikutip dari riskydhe.mywapblog.com.
 1.jpg
066.jpgAda keanehan bukan? Tanggal yang melompat 11 hari pada tanggal 2 September. Namun misteri tersebut berhasil terpecahkan. Keanehan hilangnya 11 hari pada tahun tersebut terjadi karena perubahan penanggalan yang semula menggunakan kalender ‘Julian’ menjadi kalender ‘Gregorian’. Sebenarnya kalender Gregorian ini sudah lama diperkenalkan dan dipakai di benua eropa yaitu sejak tahun 1582 namun di Inggris baru dipergunakan pada tahun 1752.
Kalender Julian yang dulu mereka pergunakan menentukan satu tahun itu persis berjumlah 365 hari 6 jam, padahal sebenarnya bumi mengelilingi matahari kurang dari waktu tersebut, sehingga 365 hari dan 6 jam yang ditetapkan tersebut kelebihan waktu 11 menit 10 detik. Artinya setiap tahun mereka kebihan waktu 11 menit 10 detik dan akan menjadi 24 jam (1 hari) setiap 131 tahun, menjadi 3 hari setiap 400 tahun, dan pada tahun 1582 jumlah kelebihannya mencapai 10 hari. Untuk menghindari kesalahan yang lebih fatal maka pada tanggal 5 Oktober tahun 1582, diadakan perubahan penanggalan dari Julian ke Gregorian dan melompat sepuluh hari sehingga besoknya langsung menjadi tanggal 15 Oktober.
Inggris yang belum menggunakan kalender Gregorian Tahun 1752 kebingungan karena perbedaan telah tumbuh menjadi 11 hari , dan Inggris pun akhirnya merubah penanggalan mereka menjadi kalender Gregorian dan kemudian kelebihan 11 hari tersebut dihilangkan untuk menyesuaikan dengan waktu yang sebenarnya, dan kejadian itu terjadi tanggal 2 September 1752 besoknya langsung tanggal 14 September 1752.

SOURCE : http://terselubung.in/misteri/misteri-hilangnya-11-hari-pada-bulan-september-tahun-1752.html

IQ TINGGI BUKAN PENENTU KEBERHASILAN



220px-William_James_Sidis_1914enwikipediaorg.jpgKecerdasan bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan seseorang. Anda pernah mendengar cerita tentang William James Sidis? Jika belum pernah mendengar tidak mengapa. Saya pun belum pernah mendengar, hingga beberapa waktu yang lalu guru Bahasa Inggris ketika saya SMA dulu bertanya kepada saya mengenai Sidis melalui BlackBerry Messenger. Segera saya tanya kepada “Paman Google” dan menemukan tentang Sidis pada laman Wikipedia.

William James Sidis (1 Apr 1898 – 17 Juli 1944) adalah anak Amerika yang sangat berbakat dengan kemampuan istimewa atas Matematika dan Bahasa. Selama hidupnya, IQ-nya diperkirakan antara 250 hingga 300, yang membuatnya menjadi yang tertinggi yang pernah tercatat. Dia masuk Harvard pada usia 11 tahun, dan sebagai orang dewasa dikabarkan menguasai lebih dari 40 bahasa dan dialek. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa beberapa klaim dinilai berlebihan, dimana seorang periset menyatakan “Saya telah meriset kebenaran langsung dari sumber utama atas banyak subyek selama 28 tahun, dan belum pernah menemukan sebuah topik yang dipenuhi dengan kebohongan, mitos, kebenaran yang diragukan, berlebihan, dan bentuk-bentuk lain atas informasi menyesatkan seperti dalam sejarah di belakang William Sidis”. Sidis menjadi terkenal pertama kali untuk hal-hal yang dicapai mendahului usianya dan kemudian pada eksentriknya dan menarik diri dari kehidupan sosial. Akhirnya, dia menghindari semua yang berhubungan dengan matematika, dan menulis topik lain dengan sejumlah nama samaran.

066.jpg
Keluarga Sidis adalah keturunan Yahudi Ukraina. Orangtuanya meninggalkan negaranya untuk menetap di Amerika Serikat pada tahun 1887. Ayahnya, Boris Sidis, Ph.D., M.D., adalah seorang psikiater. Boris menguasai beberapa bahasa. Ibunya, Sarah Mandelbaum Sidis, M.D., lulusan Boston University, School of Medicine pada tahun 1897. Kedua orangtuanya memacu perkembangan intelektual Sidis mendahului kematangan usianya. Pada usia 18 bulan Sidis sudah bisa membaca surat kabar New York Times. Pada usia 8 tahun Sidis sudah belajar 8 bahasa, yaitu Latin, Yunani, Perancis, Rusia, Jerman, Ibrani, Turki, dan Armenia. Masuk Harvard pada usia 11 tahun, dan lulus sarjana dengan cum laude pada 18 Juni 1914, pada usia 16 tahun. Dia kemudian mendaftar di Harvard Graduate School of Arts and Sciences. Sidis melepas peluang mendapatkan gelar master dalam matematika, dia malah mendaftar ke Harvard Law School pada September 1916 dan mengundurkan diri pada Maret 1919. Sidis ditahan pihak berwenang atas partisipasinya dalam parade kaum sosialis di Boston, yang berakhir kacau. Dalam persidangan, Sidis menegaskan bahwa dia adalah seorang sosialis dan menentang Perang Dunia I. Orangtuanya menganggap Sidis terganggu jiwanya, dan Sidis dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Sidis meninggal di tahun 1944 di Boston akibat pendarahan otak pada usia 46 tahun. Hal yang sama dialami ayahnya pada tahun 1923 pada usia 56 tahun.

Kisah Wiliam James Sidis adalah salah satu contoh lagi bahwa kecerdasan terbukti gagal memprediksi kesuksesan sesorang. Kecerdasan merupakan salah satu faktor penentu, namun bukan satu-satunya faktor, dalam kesuksesan seseorang. Kecerdasan intelektual (IQ) bersama kecerdasan emosional (EQ), dan daya tahan (AQ) akan menentukan kesuksesan seseorang. Dan di antara ketiganya, Adversity Quotient (AQ), yang merupakan daya tahan seseorang dalam menghadapi situasi sulitlah yang paling berperan